Wednesday, November 13, 2019

laporan praktikum ekologi hewan habitat ikan nila



LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
HABITAT IKAN NILA (Oreochromis niloticus)











Disusun Oleh :
Nama    : Syahirul Alim
Nim       : 2017411019.P
Dosen   : Yunita Panca Putri, S.Si., M.Si






PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2018



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang mudahdipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di berbagai daerah di Indonesia.Ikan ini menjadi hama di seluruh sungai-sungai dan danau di Indonesia. Ketika di tebar ke dalam sungai dan danau, ikan ini memakan banyak tumbuhan air . Untuk itu, dikarenakan persebaran ikan  Nila (Oreochromis niloticus) yang mudah untuk didapatkan, maka dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian dengan cara melaksanakan pembedahan pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) untuk melakukan pengamatan terhadap struktur tubuh ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan mengetahui apa saja fungsi dari masing – masing organ yang dimiliki oleh ikan tersebut, serta untuk mengetahui morfologi dan anatomi tubuh hewan Vertebrata yang dalam hal ini dikhususkan pada kelompok ikan (pisces) yaitu pada ikan Nila (Oreochromis niloticus). Disamping itu, penelitian yang berupa pembedahan pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang dilakukan oleh penulis ini juga bermaksud untuk mengetahui alat – alat pernapasan serta organ – organ apa sIkan adalah anggota vertebrata poikilotermik atau berdarah dingin yang hidup di air dan bernafas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27.000 di seluruh dunia. Secara taksonomi hewan ini tergolong kelompok parafiletik yang hubungan kekerabatanya masih di perdebatkan.Tubuhnya terdiri dari kepala, badan, dan ekor.
Habitat ikan nila ( Oreochromis niloticus ) berada di perairan tawar, seperti kolam, sawah, sungai, danau, waduk, rawa, situ, dan genangan air lainnya. Ikan ini juga dapat beradaptasi dan hidup diperairan payau dan perairan payau dan perairan laut dengan teknik adaptasi bertahap. Habitat yang ideal untuk ikan nila ( Oreochormis niloticus ) adalah perairan tawar yang memiliki suhu antara 14 – 380C atau suhu optimal 25 – 30 0C.
Ikan nila masih dapat tumbuh dalam keadaan air asin dengan kadar salinitas 0 – 35 ppm, seperti di perairan payau, tambak, dan perairan laut, terutama untuk pembesaran. Ikan nila jantan memiliki toleransi lebih tinggi terhadap salinitas daripada ikan betina. Ikan nila berukuran kecil lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas.
Pada masa berpijah, ikan nila ( Oreochormis niloticus ) membutuhkan suhu antara 22 – 270C. Suhu yang terlalu rendah (< 140C ) atau terlalu tinggi ( > 300C ) akan menganggu bahkan menghambat pertumbuhan. Suhu amat rendah ( 60C ) atau suhu ekstrem ( 420C ) dapat mematikan ikan nila. Kemasaman air yang optimal untuk perkembangbiakan dan pertumbuhan ikan nila ada pada angka Ph 7 – 8.

1.2  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.      Untuk mengetahui habitat ikan nila ( Oreochromis niloticus ) ikan air tawar dan mikrohabitatnya
2.      Untuk mengetahui ketahanan hidup dalam perbedaan konsentrasi air



BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
2.1.1.Morfologi Ikan Nila
Ikan nila memiliki bentuk tubuh pipih memanjang ke samping, makin ke perut makin terang. Mempunyai garis vertikal 9-11 buah berwarna hijau  kebiruan. Pada sirip ekor terdapat 6-12 garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan, sedangkan punggungnya terdapat garis-garis miring. Mata tampak menonjol agak besar dengan bagian tepi berwarna hijau kebiru-biruan. Letak mulut ikan nila terminal, posisi sirip perut terhadap sirip dada thorochis, garis susuk (linea lateralis) terputus menjadi dua bagian. Jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah dan tipe sisik stenoid (ctenoid). Bentuk sirip ekor berpinggiran tegak (Kordi, 1997).
Tubuh ikan nila ( Oreochromis niloticus ) digolongkan tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada kepala terdapat alat – alat seperti sepasang mata, sepasang sekung hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah – celah insang. Sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar ( Cahyono, 2000 ). Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari – jari. Sirip – sirip ikan ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak yang bebas. Kulit dengan banyak kelenjar mucus biasanya dengan sisik derma yang tertanam beberapa dengan sisik yang dilingdungi dengan insang, terdapat sirip median dan sirip berpasangan. Di tompang dengan jejaring sirip dari tulang rawan atau tulang keras, mulut biasanya terminal dengan gigi, rahang berkembang dengan baik, tertartikulasi ke tengkorak, mata besar tidak ada kelopak, kerangka terdiri atas tulang keras, tulang belakang banyak terpisah. Ekor biasanya mohosercal, respirasi biasanya menggunakan sepasang insang pada lengkung insang diruangan umum pada setiap sisi phyaring, dan suhu tubuh ikan nila bervariasi.
Ikan nila ( Oreochromis niloticus ) merupakan ikan pemakan organisme hewan kecil atau renik ataupun tumbuh – tumbuhan ( omnivora ). Kolam yang dibangun dari tanah banyak mengandung pakan alami, ikan ini mengaduk lumpur, memangsa larva insekta, cacing – cacing mollusc ( Djarijah, 2001 ). Menyatakan jenis makanan tambahan yang biasa di berikan pada ikan nila adalah bungkil kepala atau bungkil kacang, sisa rumah pemotongan hewan, sampah rumah tangga dan lain – lain. Sedangkan untuk makanan buatan biasanya diberikan berupa crumble dan pellet.
Ikan merupakan hewan yang bersifat poikilotherm yaitu suhu tubuhnya dipengaruhi suhu lingkungan ( air ). Habitat aslinya yang di alam meliputi sungai berarus tenang sampai sedang dan di area dangkal danau. Perairan yang disukai tentunya yang banyak menyediakan pakan alaminya. Ceruk atau area kecil yang terdalam pada suatu dasar perairan adalah tempat yang sangat ideal bentuknya. Bagian – bagian sungai yang terlindungi rindangnya pepohonan dan tepi sungai dimana terdapat runtuhan pohon yang tumbang dapat menjadi tempat favoritnya. Ikan nila menyukai tempat hidup ( habitat ) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti pinggiran sungai atau danau. Ikan nila dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150 – 600 meter di atas permukaan air laut ( dpl ) dan pada suhu 25 – 300C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan nila kadang – kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas ( kadar garam ) 25 – 30 %.
Ikan nila ( Oreochromis niloticus ) berasal dari daratan asia yang telah lama dibudidayakan sebagai ikan konsumsi oleh bangsa cina sejak 400 tahun SM. Penyebarannya merata di daratan asia juga Eropa sebagian Amerika Utara dan Australia. Pembudodayaan ikan nila di Indonesia banyak ditemui di Jawa dan Sumatra dalam bentuk empang, balog, maupun keramba terapung yang diletakkan di danau atau waduk besar. Budidaya modern di Jawa Barat menggunakan system air deras untuk mempercepat pertumbuhannya.
Ikan nila menyukai suatu tempat tertentu bukan hanya karena tersediannya banyak pakan alami tetapi juga adanya tumbuhan air yang berguna sebagai tempat berlindung. Ikan mas dapat beradaptasi dengan baik sehingga mampu menyebar di perairan air tawar di seluruh pelosok Indonesia. Ikan mas ( Oreochromis niloticus ) berkembang biak dengan bertelur, masa kawinnya pada daerah tropis pada saat awal musim hujan. Ikan nila betina biasanya bertelur di dekat tumbuhan di dalam air di perairan dangkal yang tembus sinar matahari, telur – telur tersebut kemudian menempel pada dedaunan.
2.1.2.Macam-macam Sisik  
Bentuk, ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaimana kehidupan ikan tersebut. Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka macam, yaitu Sisik ganoid merupakan sisik besar dan kasar Sisik sikloid berbentuk bulat, jika diamati akan tampak lingkaran yang berbeda-beda, pinggiran sisik halus dan rata stenoid bentuk seperti sikloid tetapi mempunyai pinggiran yang kasar Sisik placoid merupakan sisik yang lembut Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus menerus bergerak pada perairan berarus deras mempunyai tipe sisik yang lembut, sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak berenang secara terus menerus pada kecepatan tinggi umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar. sementara sisik stenoid mempunyai. Linealateralis adalah garis yang dibentuk oleh pori-pori, sehingga LL ini terdapat baik pada ikan yang bersisik maupun ikan yang tidak bersisik. Pada ikan yang tidak bersisik LL terbentuk oleh pori-pori yang terdapat pada kulitnya, sedangkan pada ikan yang bersisik LL terbentuk oleh sisik yang berpori. Pada umumnya ikan mempunyai satu buah garis LL, namun demikian adapula ikan yan mempunyai beberapa buah LL. LL ini berfungsi LL untuk mendeteksi keadaan linkungan, terutama kualitas air dan juga berperan dalam proses osmoregulasi (Guinan, 2006).
2.1.3. Macam-macam Caudal
Bentuk-bentuk utama sirip ekor dari ikan adalah membulat, bersegi, sedikit cekung atau berlekuk, bulat bulan sabit, bercegak, meruncing, loncet, bentuk membulat: apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis lengkung dari bagian dorsal hingga ventral . Bentuk bersegi atau tegak: apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis  tegak dari bagian dorsal hingga ventral . Bentuk sedikit cekung atau berlekuk tunggal: apabila terdapat lekukan dongkal antara lembar dorsal dengan lembar ventral . Bentuk bulat sabit: apabila ujung dorsal dengan ujung ventral sirip ekor melengkung keluar runcing, sedangkan bagian tengahnya melengkung . Bentuk bercagak: apabila terdapat lekukan tajam antara lembar dorsal dengan lemnbar ventraltuk meruncing: apabila pinggiran sirip ekor berbentuk tajam (meruncing). Bentuk loncet: apabila pinggiran sirip ekor pada pangkalnya melebar kemudian membentuk sudut di ujung. Beberapa ikan ada yang memiliki satu atau dua sirip punggung pada ikan bersirip punggung tunggal umumnya jari-jari bagian depan tidak bersekat dan mengeras sedangkan jari-jari di belakangnya lunak atau bersekat dan umunya bercabang (Levi, 2005).
2.1.4.  Anatomi dan Fisiologi Ikan Nila
Sistem ekskresi adalah system pembuangan proses pembuangan metabolisme tubuh (berupa gas, cairan, dan padatan) melalui kulit, ginjal dan melalui saluran pencernaan. System reproduksi adalah system yang mempertahankan spesies dengan menghasilkan keturunan yang fertile. Embriologi ialah urutan proses perkembangan dari zygot sampai dengan anak ikan dan sampai seterusnya. Organ reproduksi diantaranya adalah organ kelamin, yang menghasilkan sel gamet (kelamin) yaitu spermatozoa (gonad jantan), biasanya sepanjang kiri dan kanan lalu menghasilkan pulu (gonad betina) yaitu ovarium.Jenis dan bagian fungsi sisikKulit memproduksi sisik yang menutupi permukaan tubuhnya, setiap sisik di bentuk dalam kantung epidermis. Tumbuhnya terus menerus selama ikan tersebut masih hidup dan tidak mengalami regenerasi, apabila mengalami kerusakan atau hilan, waktu pertumbuhannya bergantung pada cadangan material baru di sekitar pinggir atau di insang, sehingga ilmuwan dapat mengetahui umur ikan tersebut dengan lingkaran cincin pada sisikPada ikan nila tersebut sisik yang melingkupi tubuhnya sisik pada ikan ini termasuk pada tipe terost, yang tidak memiliki cnamel, dentin dan lapisan pembuluh tulang, hanya memiliki berkas lama saja (Standring, 2005).
2.1.5.Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila
Ikan nila mempunyai habitat di perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk dan rawa. Tetapi karena toleransinya yang tinggi terhadap salinitas, maka ikan dapat hidup dan berkembang biak di perairan payau dan laut. Salinitas yang disukai antara 0 - 35 ppt. Ikan nila yang masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibanding dengan ikan yang sudah besar (Suyanto, 2003).
Menurut Panggabean (2009), kualitas air yang sesuai dengan habitat ikan nila adalah pH optimal antara 7 - 8, suhu optimal antara 25 - 30oC, dan salinitas   0 - 35 ppt, amoniak antara 0 - 2,4 ppm, dan DO berkisar antara 3 - 5 ppm.  Habitat ( berasal dari kata dalam bahasa latin yang berarti menmpati ) adalah tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya habitat adalah lingkungan paling tidak lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut.
Menurut clements dan shelford ( 1939 ), habitat adalah lingkungan fisik yang ada disekitar suatu spesies, ataupun populasi spesies, atau komunitas dalam ilmu ekologi, bila pada sutau tempat yang sama hidup berbagai kelompok spesies ( mereka berbagai habitat yang sama ) maka habitat tersebut disebut biotope. Habitat meliputi kemajemukan biotic dan abiotik, jadi habitat suatu makhluk atau suatu makhluk ( populasi ) meliputi baik makhluk hidup lain sebagai lingkungan yang biotic maupun abiotik.
2.1.6.Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Nila
Ikan nila memakan makanan alami berupa plankton, perifiton dan tumbuh tumbuhan lunak seperti hydrilla, ganggang sutera dan klekap. Oleh karena itu, ikan nila digolongkan ke dalam omnivora (pemakan segala). Untuk budidaya, ikan nila tumbuh lebih cepat hanya dengan pakan yang mengandung protein sebanyak 20 - 25%. Dari penelitian lebih lanjut kebiasaan makan ikan nila berbeda sesuai tingkat usianya. Benih-benih ikan nila ternyata lebih suka mengkomsumsi zooplankton, seperti rototaria, copepoda dan cladocera.
Ikan nila ternyata tidak hanya mengkonsumsi jenis makanan alami tetapi ikan nila juga memakan jenis makanan tambahan yang biasa diberikan, seperti dedak halus, tepung bungkil kacang, ampas kelapa dan sebagainya. Ikan nila aktif mencari makan pada siang hari. Pakan yang disukai oleh  ikan nila adalah pakan ikan yang banyak mengandung protein terutama dari pakan buatan yang berupa pelet. Secara alami, ikan nila bisa berpijah sepanjang tahun di darah tropis frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan di alamnya, ikan nila bisa berpijah 6 -7 kali dalam setahun berarti, rata – rata setiap dua bulan sekali, ikan nila akan berkembang biak, ikan ini mencapai stadium dewasa pada umur 4 -6 bulan dengan bobot sekitar 250 gram masa pemijahan produktif adalah ketika induk berumur 1,5 – 2 tahun dengan bobot di atas 500 gram / ekor, seekor ikan nila betina dengan berat sekitar 800 gram menghasilkan larva sebanyak 1.200 – 1.500 ekor pada setiap pemijahan.
Sebelum memijah, ikan nila jantan selalu membuat sarang berupa lekukan berbentuk bulat di dasar perairan berdiameter lekukan setara dengan ukuran ikan nila jantan. Sarang itu merupakan daerah territorial ikan nila jantan ketika masa birahi, ikan nila jantan kelihatan tegar dengan agresif mempertahankan daerah terotorialnya tersebut. Sarang tersebut berfungsi sebagai tempat pemijahan dan pembuatan telur.

2.1.7 Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Berikut merupakan klasifikasi dari ikan nila menurut (Khaw, 2004).
Kingdom              :Animalia
Filum                    :Chordata
Kelas                    :Osteichtyes
Ordo                     :Perciformes
Famili                   :Cichlidae
Genus                   :Oreochromis
Spesies                 :Oreochromis niloticus














BAB III
METODOLOGI PRATIKUM

3.1 Tempat dan Waktu
   Praktikum dilaksanakan pada hari jum,at , tanggal  30 November 2018 pukul    08 : 30 – 10 : 00 WIB.Bertempat di laboratorium Terpadu Universitas PGRI  Palembang.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1        Alat
Adapun alat yang digunakan  yaitu Ember 3 Buah, dan Stopwath
3.2.2        Bahan
Adapun bahan yang digunkan dalam praktikum ini Air, Lumpur, Lumut, Garam  dan Ikan nila    ( Oreochromis niloticus ) 3 ekor


3.3 Cara Kerja
1.    Siapkan 3 ember :
a.    Ember 1 isi dengan air jernih dan 1 ekor ikan nila                                       ( Oreochromis niloticus)
b.    Ember 2 isi dengan air yang dicampur garam, lumut dan 1 ekor ikan nila  ( Oreochromis niloticus )
c.    Ember 3 isi dengan air yang dicampur lumpur, lumut dan 1 ekor ikan nila ( Oreochromis niloticus )
2.    Laukan pengamatan selama 30 menit, setiap 10 menit amati keadaan ikan dengan mengangkat ikan ke atas dan menghitung gerakan operculum dalam 30 detik
3.    Amati ketahanan ikan terhadap perbedaan konsentrasi air lalu catatlah

Ember
Kondisi
Tingkah Laku
Waktu
Jumlah Gerakan Tubuh
1.       
Lumut dan air jernih
Biasa saja dan tenang
10 Menit pertama
Tidak diketahui
Lumut dan air jernih
Tenang
10 Menit kedua
Tidak diketahu
Lumut dan air jernih
Tenang
10 Menit ketiga
Tidak diketahui
2.       
Garam dan lumut
Lebih lemas disbanding yang lainnya
10 Menit pertama
Tidak diketahui
Garam dan lumut
Lemas
10 Menit kedua
Tidak diketahui
Garam dan lumut
Gerakan ikan tidak stabil
10 Menit ketiga
Tidak diketahui
3.       
Lumpur dan lumut
Lemas, tapi dimenit ke 8 mengambil oksigen ke permukaan
10 Menit pertama
Tidak diketahui
Lumpur dan lumut
Mengambil oksigen ke permukaan
10 Menit kedua
Tidak diketahui
Lumpur dan lumut
Lemas, berada di dasar ember menit ke 3 mengambil oksigen
10 Menit ketiga
Tidak diketahui




4.1 Pembahasan
 Berdasarkan praktikum ini kita melakukan percobaan dan mengamati tingkah laku ikan nila dengan melakukan 3 perlakuan. Pada perlakuan yang pertama, memasukkan ikan nila ke dalam ember yang berisi air jernih dan lumut. Pada 10 menit pertama ikan bertingkah biasa saja dan tetap tenang dan gerakan tubuh tidak diketahui. Dan pada 10 menit ketiga ikan nila juga tetap tenang dan gerakan tidak diketahui. Pada perlakuan ini ikan nila tetap tenang karena sesuai dengan kondisi lingkungan habitatnya, yaitu di air tawar yang terkadang juga dapat ditemukan di lumut.
Pada perlakuan kedua ikan nila dimasukkan ke dalam ember yang berisi air yang telah dicampur dengan garam dan ditambahkan dengan lumut. Pada 10 menit pertama ikan terlihat sangat lemas jika dibandingkan dengan ikan yang lain dan gerakkan tubuh. Dan pada 10 menit ketiga gerakan ikan mulai tidak stabil dengan gerakan yang tidak diketahui. Ikan terlihat sangat lemas karena tidak dapat beradaptasi dengan kondisi air yang asin, yang memang bukan merupakan habitatnya.
Pada perlakuan ketiga ikan dimasukkan ke dalam ember berisi air yang dicampurkan dengan lumpur dan lumut. Pada 10 menit pertama ikan tampak lemas, tapi di menit ke 8 mengambil oksigen ke permukaan dengan ikan tidak bergerak sama sekali. Pada 10 menit kedua ikan tampak mengambil oksigen lagi ke permukaan dan gerakan tidak diketahui. Pada 10 menit ketiga ikan terlihat lemas dan berada di dasar ember, kemudian tampak mengambil oksigen ke permukaan, setelah itu kembali ke dasar ember. Dan tidak bergerak sama sekali. Ikan nila ke permukaan untuk mengambil oksigen karena ikan sudah pada batas toleransi, dan berusaha mencari oksigen.





BAB IV
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pada bahasan kedua dapat disimpulkan bahwa ikan pada ember pertama yang berisi air jernih dan lumut terlihat lebih tenang dibandingkan ikan dengan perlakuan yang lain. Ikan pada ember kedua yang berisi air, garam, dan lumut terlihat lemas dan gerakan nya tidak stabil dari waktu ke waktu hingga di menit terakhir. Dan pada ikan di ember ketiga yang berisi air, lumpur, dan lumut ikan terlihat sering ke permukaan untuk mengambil oksigen. Dan semakin lama gerakan tubuh semakin berkurang pada tiap – tiap ikan
2.      Pada bahasan pertama ikan nila yang berada pada air jernih tetap begerak tenang, sedangkan pada toples yang berisi air hangat ikan nila bergerak dengan aktif ketika pertama kali dimasukkan namun lama kelamaan menjadi tenang karena sudah dapat menyesuaikan diri. Dan pada ember yang berisi air es ikan tampak mengapung di permukaan air dan gerakan tubuh sangat cepat karena ikan berusaha bernafas untuk tetap hidup.

5.2 Saran
Saran yang dapat di ajukan adalah selalu jaga kebersihan saat melakukan praktikum dan harus memperhatikan langkah langkahnya




DAFTAR PUSTAKA

Djuanda,T. 1984. Analisa Struktur Vertebratae Jilid I. Bandung: Americo.

Finasaindri.2012.Anatomi Ikan Nila dalam http://finasaindri.blogspot.com/2012/03/anatomi-ikan-nila.html  (diakses tanggal 12 Novemeber 2017).

Hildebrand, M. 1974. Analisa Struktur Vertebrata. Bandung: Americo.

Jasin. 1989. Sistematika Hewan vertebrata dan invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Kimball, J. 1983, Biologi, Edisi kelima, Jilid 2, Jakarta : Erlangga

Kriswantoro, M. 1986. MengenalIkan Air Tawar. Jakarta: Karya Bani.

Odum, Eugene, 1993, Dasar –dasar Ekologi, Edisi ketiga, Yogyakarta : UGM


No comments:

Post a Comment

laporan praktikum paku

BAB I PENDAHULUANA A.Latar Belakang Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongantumbuhan yang ...