LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
HABITAT IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Disusun Oleh :
Nama :
Syahirul Alim
Nim :
2017411019.P
Dosen :
Yunita Panca Putri, S.Si., M.Si
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) merupakan ikan yang mudahdipelihara dan dibiakkan, ikan ini
segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di berbagai
daerah di Indonesia.Ikan ini menjadi hama di seluruh sungai-sungai dan danau di
Indonesia. Ketika di tebar ke dalam sungai dan danau, ikan ini memakan banyak
tumbuhan air . Untuk itu, dikarenakan persebaran ikan Nila (Oreochromis
niloticus) yang mudah untuk didapatkan, maka dalam penelitian ini, penulis
melakukan penelitian dengan cara melaksanakan pembedahan pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) untuk melakukan
pengamatan terhadap struktur tubuh ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan mengetahui apa saja fungsi dari masing –
masing organ yang dimiliki oleh ikan tersebut, serta untuk mengetahui morfologi
dan anatomi tubuh hewan Vertebrata yang dalam hal ini dikhususkan pada kelompok
ikan (pisces) yaitu pada ikan Nila (Oreochromis niloticus). Disamping itu,
penelitian yang berupa pembedahan pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang dilakukan oleh penulis ini juga
bermaksud untuk mengetahui alat – alat pernapasan serta organ – organ apa sIkan
adalah anggota vertebrata poikilotermik atau berdarah dingin yang hidup di air
dan bernafas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling
beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27.000 di seluruh dunia. Secara
taksonomi hewan ini tergolong kelompok parafiletik yang hubungan kekerabatanya
masih di perdebatkan.Tubuhnya terdiri dari kepala, badan, dan ekor.
Habitat ikan nila ( Oreochromis niloticus ) berada di perairan tawar, seperti kolam,
sawah, sungai, danau, waduk, rawa, situ, dan genangan air lainnya. Ikan ini
juga dapat beradaptasi dan hidup diperairan payau dan perairan payau dan perairan
laut dengan teknik adaptasi bertahap. Habitat yang ideal untuk ikan nila ( Oreochormis niloticus ) adalah perairan
tawar yang memiliki suhu antara 14 – 380C atau suhu optimal 25 – 30 0C.
Ikan nila masih dapat tumbuh dalam keadaan air asin
dengan kadar salinitas 0 – 35 ppm, seperti di perairan payau, tambak, dan
perairan laut, terutama untuk pembesaran. Ikan nila jantan memiliki toleransi
lebih tinggi terhadap salinitas daripada ikan betina. Ikan nila berukuran kecil
lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas.
Pada masa berpijah, ikan nila ( Oreochormis niloticus ) membutuhkan suhu antara 22 – 270C.
Suhu yang terlalu rendah (< 140C ) atau terlalu tinggi ( > 300C
) akan menganggu bahkan menghambat pertumbuhan. Suhu amat rendah ( 60C
) atau suhu ekstrem ( 420C ) dapat mematikan ikan nila. Kemasaman
air yang optimal untuk perkembangbiakan dan pertumbuhan ikan nila ada pada
angka Ph 7 – 8.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui habitat ikan nila ( Oreochromis
niloticus ) ikan air tawar dan mikrohabitatnya
2.
Untuk
mengetahui ketahanan hidup dalam perbedaan konsentrasi air
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)
2.1.1.Morfologi Ikan
Nila
Ikan nila memiliki bentuk tubuh pipih memanjang
ke samping, makin ke perut makin terang. Mempunyai garis vertikal 9-11 buah
berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor
terdapat 6-12 garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan, sedangkan
punggungnya terdapat garis-garis miring. Mata tampak menonjol agak besar dengan
bagian tepi berwarna hijau kebiru-biruan. Letak mulut ikan nila terminal,
posisi sirip perut terhadap sirip dada thorochis, garis susuk (linea lateralis)
terputus menjadi dua bagian. Jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah dan tipe
sisik stenoid (ctenoid). Bentuk sirip ekor berpinggiran tegak (Kordi, 1997).
Tubuh ikan nila
( Oreochromis niloticus ) digolongkan
tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada kepala terdapat alat – alat
seperti sepasang mata, sepasang sekung hidung yang tidak berhubungan dengan
rongga mulut, celah – celah insang. Sepasang tutup insang, alat pendengar dan
keseimbangan yang tampak dari luar ( Cahyono, 2000 ). Jaringan tulang atau
tulang rawan yang disebut jari – jari. Sirip – sirip ikan ada yang berpasangan
dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak yang bebas.
Kulit dengan banyak kelenjar mucus biasanya dengan sisik derma yang tertanam
beberapa dengan sisik yang dilingdungi dengan insang, terdapat sirip median dan
sirip berpasangan. Di tompang dengan jejaring sirip dari tulang rawan atau
tulang keras, mulut biasanya terminal dengan gigi, rahang berkembang dengan
baik, tertartikulasi ke tengkorak, mata besar tidak ada kelopak, kerangka
terdiri atas tulang keras, tulang belakang banyak terpisah. Ekor biasanya
mohosercal, respirasi biasanya menggunakan sepasang insang pada lengkung insang
diruangan umum pada setiap sisi phyaring, dan suhu tubuh ikan nila bervariasi.
Ikan nila ( Oreochromis niloticus ) merupakan ikan
pemakan organisme hewan kecil atau renik ataupun tumbuh – tumbuhan ( omnivora
). Kolam yang dibangun dari tanah banyak mengandung pakan alami, ikan ini
mengaduk lumpur, memangsa larva insekta, cacing – cacing mollusc ( Djarijah,
2001 ). Menyatakan jenis makanan tambahan yang biasa di berikan pada ikan nila
adalah bungkil kepala atau bungkil kacang, sisa rumah pemotongan hewan, sampah
rumah tangga dan lain – lain. Sedangkan untuk makanan buatan biasanya diberikan
berupa crumble dan pellet.
Ikan merupakan
hewan yang bersifat poikilotherm yaitu suhu tubuhnya dipengaruhi suhu
lingkungan ( air ). Habitat aslinya yang di alam meliputi sungai berarus tenang
sampai sedang dan di area dangkal danau. Perairan yang disukai tentunya yang
banyak menyediakan pakan alaminya. Ceruk atau area kecil yang terdalam pada
suatu dasar perairan adalah tempat yang sangat ideal bentuknya. Bagian – bagian
sungai yang terlindungi rindangnya pepohonan dan tepi sungai dimana terdapat
runtuhan pohon yang tumbang dapat menjadi tempat favoritnya. Ikan nila menyukai
tempat hidup ( habitat ) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan
alirannya tidak terlalu deras, seperti pinggiran sungai atau danau. Ikan nila
dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150 – 600 meter di atas permukaan
air laut ( dpl ) dan pada suhu 25 – 300C. Meskipun tergolong ikan
air tawar, ikan nila kadang – kadang ditemukan di perairan payau atau muara
sungai yang bersalinitas ( kadar garam ) 25 – 30 %.
Ikan nila ( Oreochromis niloticus ) berasal dari
daratan asia yang telah lama dibudidayakan sebagai ikan konsumsi oleh bangsa
cina sejak 400 tahun SM. Penyebarannya merata di daratan asia juga Eropa
sebagian Amerika Utara dan Australia. Pembudodayaan ikan nila di Indonesia
banyak ditemui di Jawa dan Sumatra dalam bentuk empang, balog, maupun keramba
terapung yang diletakkan di danau atau waduk besar. Budidaya modern di Jawa
Barat menggunakan system air deras untuk mempercepat pertumbuhannya.
Ikan nila
menyukai suatu tempat tertentu bukan hanya karena tersediannya banyak pakan
alami tetapi juga adanya tumbuhan air yang berguna sebagai tempat berlindung.
Ikan mas dapat beradaptasi dengan baik sehingga mampu menyebar di perairan air
tawar di seluruh pelosok Indonesia. Ikan mas ( Oreochromis niloticus ) berkembang biak dengan bertelur, masa
kawinnya pada daerah tropis pada saat awal musim hujan. Ikan nila betina
biasanya bertelur di dekat tumbuhan di dalam air di perairan dangkal yang
tembus sinar matahari, telur – telur tersebut kemudian menempel pada dedaunan.
2.1.2.Macam-macam Sisik
Bentuk,
ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaimana kehidupan ikan
tersebut. Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka macam, yaitu
Sisik ganoid merupakan sisik besar dan kasar Sisik sikloid berbentuk bulat,
jika diamati akan tampak lingkaran yang berbeda-beda, pinggiran sisik halus dan
rata stenoid bentuk seperti sikloid tetapi mempunyai pinggiran yang kasar Sisik
placoid merupakan sisik yang lembut Umumnya tipe ikan perenang cepat atau
secara terus menerus bergerak pada perairan berarus deras mempunyai tipe sisik
yang lembut, sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak
berenang secara terus menerus pada kecepatan tinggi umumnya mempunyai tipe
sisik yang kasar. sementara sisik stenoid mempunyai. Linealateralis adalah
garis yang dibentuk oleh pori-pori, sehingga LL ini terdapat baik pada ikan
yang bersisik maupun ikan yang tidak bersisik. Pada ikan yang tidak bersisik LL
terbentuk oleh pori-pori yang terdapat pada kulitnya, sedangkan pada ikan yang bersisik
LL terbentuk oleh sisik yang berpori. Pada umumnya ikan mempunyai satu buah
garis LL, namun demikian adapula ikan yan mempunyai beberapa buah LL. LL ini
berfungsi LL untuk mendeteksi keadaan linkungan, terutama kualitas air dan juga
berperan dalam proses osmoregulasi (Guinan, 2006).
2.1.3. Macam-macam Caudal
Bentuk-bentuk
utama sirip ekor dari ikan adalah membulat, bersegi, sedikit cekung atau
berlekuk, bulat bulan sabit, bercegak, meruncing, loncet, bentuk membulat:
apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis lengkung dari bagian dorsal hingga
ventral . Bentuk bersegi atau tegak: apabila pinggiran sirip ekor membentuk
garis tegak dari bagian dorsal hingga
ventral . Bentuk sedikit cekung atau berlekuk tunggal: apabila terdapat lekukan
dongkal antara lembar dorsal dengan lembar ventral . Bentuk bulat sabit: apabila
ujung dorsal dengan ujung ventral sirip ekor melengkung keluar runcing,
sedangkan bagian tengahnya melengkung . Bentuk bercagak: apabila terdapat
lekukan tajam antara lembar dorsal dengan lemnbar ventraltuk meruncing: apabila
pinggiran sirip ekor berbentuk tajam (meruncing). Bentuk loncet: apabila
pinggiran sirip ekor pada pangkalnya melebar kemudian membentuk sudut di ujung.
Beberapa ikan ada yang memiliki satu atau dua sirip punggung pada ikan bersirip
punggung tunggal umumnya jari-jari bagian depan tidak bersekat dan mengeras
sedangkan jari-jari di belakangnya lunak atau bersekat dan umunya bercabang
(Levi, 2005).
2.1.4. Anatomi dan Fisiologi Ikan
Nila
Sistem
ekskresi adalah system pembuangan proses pembuangan metabolisme tubuh (berupa
gas, cairan, dan padatan) melalui kulit, ginjal dan melalui saluran pencernaan.
System reproduksi adalah system yang mempertahankan spesies dengan menghasilkan
keturunan yang fertile. Embriologi ialah urutan proses perkembangan dari zygot
sampai dengan anak ikan dan sampai seterusnya. Organ reproduksi diantaranya
adalah organ kelamin, yang menghasilkan sel gamet (kelamin) yaitu spermatozoa
(gonad jantan), biasanya sepanjang kiri dan kanan lalu menghasilkan pulu (gonad
betina) yaitu ovarium.Jenis dan bagian fungsi sisikKulit memproduksi sisik yang
menutupi permukaan tubuhnya, setiap sisik di bentuk dalam kantung epidermis.
Tumbuhnya terus menerus selama ikan tersebut masih hidup dan tidak mengalami
regenerasi, apabila mengalami kerusakan atau hilan, waktu pertumbuhannya bergantung
pada cadangan material baru di sekitar pinggir atau di insang, sehingga ilmuwan
dapat mengetahui umur ikan tersebut dengan lingkaran cincin pada sisikPada ikan
nila tersebut sisik yang melingkupi tubuhnya sisik pada ikan ini termasuk pada
tipe terost, yang tidak memiliki cnamel, dentin dan lapisan pembuluh tulang,
hanya memiliki berkas lama saja (Standring, 2005).
2.1.5.Habitat dan
Kebiasaan Hidup Ikan Nila
Ikan nila mempunyai habitat di perairan
tawar, seperti sungai, danau, waduk dan rawa. Tetapi karena toleransinya yang
tinggi terhadap salinitas, maka ikan dapat hidup dan berkembang biak di
perairan payau dan laut. Salinitas yang disukai antara 0 - 35 ppt. Ikan nila
yang masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibanding dengan ikan
yang sudah besar (Suyanto, 2003).
Menurut Panggabean (2009), kualitas air
yang sesuai dengan habitat ikan nila adalah pH optimal antara 7 - 8, suhu
optimal antara 25 - 30oC, dan salinitas
0 - 35 ppt, amoniak antara 0 - 2,4 ppm, dan DO berkisar antara 3 - 5
ppm. Habitat ( berasal dari kata dalam bahasa latin yang
berarti menmpati ) adalah tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada
dasarnya habitat adalah lingkungan paling tidak lingkungan fisiknya di
sekeliling populasi suatu spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh
spesies tersebut.
Menurut clements
dan shelford ( 1939 ), habitat adalah lingkungan fisik yang ada disekitar suatu
spesies, ataupun populasi spesies, atau komunitas dalam ilmu ekologi, bila pada
sutau tempat yang sama hidup berbagai kelompok spesies ( mereka berbagai
habitat yang sama ) maka habitat tersebut disebut biotope. Habitat meliputi
kemajemukan biotic dan abiotik, jadi habitat suatu makhluk atau suatu makhluk (
populasi ) meliputi baik makhluk hidup lain sebagai lingkungan yang biotic
maupun abiotik.
2.1.6.Makanan dan
Kebiasaan Makan Ikan Nila
Ikan
nila memakan makanan alami berupa plankton, perifiton dan tumbuh tumbuhan lunak
seperti hydrilla, ganggang sutera dan klekap. Oleh karena itu, ikan nila
digolongkan ke dalam omnivora (pemakan segala). Untuk budidaya, ikan nila
tumbuh lebih cepat hanya dengan pakan yang mengandung protein sebanyak 20 -
25%. Dari penelitian lebih lanjut kebiasaan makan ikan nila berbeda sesuai
tingkat usianya. Benih-benih ikan nila ternyata lebih suka mengkomsumsi
zooplankton, seperti rototaria, copepoda dan cladocera.
Ikan
nila ternyata tidak hanya mengkonsumsi jenis makanan alami tetapi ikan nila
juga memakan jenis makanan tambahan yang biasa diberikan, seperti dedak halus,
tepung bungkil kacang, ampas kelapa dan sebagainya. Ikan nila aktif mencari
makan pada siang hari. Pakan yang disukai oleh ikan nila adalah pakan ikan yang banyak
mengandung protein terutama dari pakan buatan yang berupa pelet. Secara
alami, ikan nila bisa berpijah sepanjang tahun di darah tropis frekuensi
pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan di alamnya, ikan nila bisa
berpijah 6 -7 kali dalam setahun berarti, rata – rata setiap dua bulan sekali,
ikan nila akan berkembang biak, ikan ini mencapai stadium dewasa pada umur 4 -6
bulan dengan bobot sekitar 250 gram masa pemijahan produktif adalah ketika
induk berumur 1,5 – 2 tahun dengan bobot di atas 500 gram / ekor, seekor ikan
nila betina dengan berat sekitar 800 gram menghasilkan larva sebanyak 1.200 –
1.500 ekor pada setiap pemijahan.
Sebelum memijah, ikan nila jantan selalu membuat
sarang berupa lekukan berbentuk bulat di dasar perairan berdiameter lekukan
setara dengan ukuran ikan nila jantan. Sarang itu merupakan daerah territorial
ikan nila jantan ketika masa birahi, ikan nila jantan kelihatan tegar dengan
agresif mempertahankan daerah terotorialnya tersebut. Sarang tersebut berfungsi
sebagai tempat pemijahan dan pembuatan telur.
2.1.7 Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)
Berikut
merupakan klasifikasi dari ikan nila menurut (Khaw, 2004).
Kingdom
:Animalia
Filum :Chordata
Kelas :Osteichtyes
Ordo :Perciformes
Famili :Cichlidae
Genus :Oreochromis
Spesies :Oreochromis
niloticus
BAB III
METODOLOGI
PRATIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum dilaksanakan pada hari jum,at , tanggal 30 November 2018 pukul
08 : 30 – 10 : 00 WIB.Bertempat
di laboratorium Terpadu Universitas PGRI
Palembang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu Ember 3 Buah,
dan Stopwath
3.2.2
Bahan
Adapun bahan yang digunkan dalam praktikum ini Air, Lumpur, Lumut, Garam dan Ikan nila ( Oreochromis niloticus ) 3
ekor
3.3 Cara Kerja
1.
Siapkan
3 ember :
a.
Ember
1 isi dengan air jernih dan 1 ekor ikan nila ( Oreochromis
niloticus)
b.
Ember
2 isi dengan air yang dicampur garam, lumut dan 1 ekor ikan nila ( Oreochromis
niloticus )
c.
Ember
3 isi dengan air yang dicampur lumpur, lumut dan 1 ekor ikan nila ( Oreochromis niloticus )
2.
Laukan
pengamatan selama 30 menit, setiap 10 menit amati keadaan ikan dengan
mengangkat ikan ke atas dan menghitung gerakan operculum dalam 30 detik
3.
Amati
ketahanan ikan terhadap perbedaan konsentrasi air lalu catatlah
Ember
|
Kondisi
|
Tingkah Laku
|
Waktu
|
Jumlah Gerakan Tubuh
|
1.
|
Lumut dan air jernih
|
Biasa saja dan tenang
|
10 Menit pertama
|
Tidak diketahui
|
Lumut dan air jernih
|
Tenang
|
10 Menit kedua
|
Tidak diketahu
|
|
Lumut dan air jernih
|
Tenang
|
10 Menit ketiga
|
Tidak diketahui
|
|
2.
|
Garam dan lumut
|
Lebih lemas disbanding yang lainnya
|
10 Menit pertama
|
Tidak diketahui
|
Garam dan lumut
|
Lemas
|
10 Menit kedua
|
Tidak diketahui
|
|
Garam dan lumut
|
Gerakan ikan tidak stabil
|
10 Menit ketiga
|
Tidak diketahui
|
|
3.
|
Lumpur dan lumut
|
Lemas, tapi dimenit ke 8 mengambil oksigen ke permukaan
|
10 Menit pertama
|
Tidak diketahui
|
Lumpur dan lumut
|
Mengambil oksigen ke permukaan
|
10 Menit kedua
|
Tidak diketahui
|
|
Lumpur dan lumut
|
Lemas, berada di dasar ember menit ke 3 mengambil oksigen
|
10 Menit ketiga
|
Tidak diketahui
|
4.1 Pembahasan
Berdasarkan praktikum ini kita melakukan percobaan dan mengamati tingkah
laku ikan nila dengan melakukan 3 perlakuan. Pada perlakuan yang pertama,
memasukkan ikan nila ke dalam ember yang berisi air jernih dan lumut. Pada 10
menit pertama ikan bertingkah biasa saja dan tetap tenang dan gerakan tubuh
tidak diketahui. Dan pada 10 menit ketiga ikan nila juga tetap tenang dan
gerakan tidak diketahui. Pada perlakuan ini ikan nila tetap tenang karena
sesuai dengan kondisi lingkungan habitatnya, yaitu di air tawar yang terkadang
juga dapat ditemukan di lumut.
Pada perlakuan kedua ikan nila dimasukkan ke dalam
ember yang berisi air yang telah dicampur dengan garam dan ditambahkan dengan
lumut. Pada 10 menit pertama ikan terlihat sangat lemas jika dibandingkan
dengan ikan yang lain dan gerakkan tubuh. Dan pada 10 menit ketiga gerakan ikan
mulai tidak stabil dengan gerakan yang tidak diketahui. Ikan terlihat sangat
lemas karena tidak dapat beradaptasi dengan kondisi air yang asin, yang memang
bukan merupakan habitatnya.
Pada perlakuan ketiga ikan dimasukkan ke dalam ember
berisi air yang dicampurkan dengan lumpur dan lumut. Pada 10 menit pertama ikan
tampak lemas, tapi di menit ke 8 mengambil oksigen ke permukaan dengan ikan
tidak bergerak sama sekali. Pada 10 menit kedua ikan tampak mengambil oksigen
lagi ke permukaan dan gerakan tidak diketahui. Pada 10 menit ketiga ikan
terlihat lemas dan berada di dasar ember, kemudian tampak mengambil oksigen ke
permukaan, setelah itu kembali ke dasar ember. Dan tidak bergerak sama sekali.
Ikan nila ke permukaan untuk mengambil oksigen karena ikan sudah pada batas
toleransi, dan berusaha mencari oksigen.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1.
Pada
bahasan kedua dapat disimpulkan bahwa ikan pada ember pertama yang berisi air
jernih dan lumut terlihat lebih tenang dibandingkan ikan dengan perlakuan yang
lain. Ikan pada ember kedua yang berisi air, garam, dan lumut terlihat lemas
dan gerakan nya tidak stabil dari waktu ke waktu hingga di menit terakhir. Dan
pada ikan di ember ketiga yang berisi air, lumpur, dan lumut ikan terlihat
sering ke permukaan untuk mengambil oksigen. Dan semakin lama gerakan tubuh
semakin berkurang pada tiap – tiap ikan
2.
Pada
bahasan pertama ikan nila yang berada pada air jernih tetap begerak tenang,
sedangkan pada toples yang berisi air hangat ikan nila bergerak dengan aktif
ketika pertama kali dimasukkan namun lama kelamaan menjadi tenang karena sudah
dapat menyesuaikan diri. Dan pada ember yang berisi air es ikan tampak
mengapung di permukaan air dan gerakan tubuh sangat cepat karena ikan berusaha
bernafas untuk tetap hidup.
5.2 Saran
Saran yang dapat
di ajukan adalah selalu jaga kebersihan saat melakukan praktikum dan harus memperhatikan langkah langkahnya
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda,T. 1984. Analisa Struktur Vertebratae Jilid I. Bandung: Americo.
Finasaindri.2012.Anatomi Ikan Nila dalam http://finasaindri.blogspot.com/2012/03/anatomi-ikan-nila.html
(diakses tanggal 12 Novemeber 2017).
Hildebrand, M. 1974. Analisa Struktur Vertebrata. Bandung: Americo.
Jasin. 1989. Sistematika Hewan vertebrata dan invertebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya.
Kimball, J.
1983, Biologi, Edisi kelima, Jilid 2,
Jakarta : Erlangga
Kriswantoro, M. 1986. MengenalIkan Air Tawar. Jakarta: Karya Bani.
Odum,
Eugene, 1993, Dasar –dasar Ekologi, Edisi
ketiga, Yogyakarta : UGM
No comments:
Post a Comment